Baik Buruk adalah Pilihan - Androecia Darwis
Baik Buruk adalah Pilihan
Oleh Androecia Darwis*
#KAWACA.COM - Kilas balik sejarah mendokumentasikan bahwa periode
kekalahan dan periode kemenangan senantiasa bergilir setiap zaman,
tetapi sisi baik dan buruk selalu saja ada dalam setiap periode sepanjang
masa. Kita tahu sekarang ini rezim
di Myanmar begitu tega membakar,
membunuh, menyiksa, memperkosa, dan mempertontonkan berbagai
kedzaliman lainnya kepada kelompok sipil, bahkan kepada anak-anak.
Hidup adalah pilihan,
kebijakan penguasa juga adalah pilihan. Banyak hal-hal logis yang bisa melandasi
ketika sebuah putusan harus diambil. Namun kita harus ingat bahwa logika manusia
punya keterbatasan. Seorang wanita berpengaruh, tokoh kemanusiaan, dan katanya pejuang HAM di Myanmar justru melakukan palanggaran HAM. Nobel sebagai
sebuah lembaga pemberi award dan melambungkan namanya, bungkam sampai saat ini.
Sudah saatnya kita harus memahami bahwa di atas logika ada hati,
ada rasa terdalam atau yang sering disebut kalbu. Hati yang baik, akan menimbulkan rasa yang baik dan pada
gilirannya akan memberikan pilihan terbaik. Aa Gym sering berkata: "jagalah hati,
jangan kau kotori".
Untuk setiap informasi yang mengguncang nurani dari
Myanmar, kita masih yakin di negeri horor tersebut masih ada sekelompok manusia yang
berkalbu baik. Oleh karena itu, mari kita doakan kekejaman segera berlalu dan orang-orang
baik yang mengerti indahnya
perdamaian semakin bertambah.
Jika baik dan buruk
senantiasa ada dalam setiap zaman sebagai pilihan, kenapa penguasa Myanmar
tidak memilih untuk menjadi gerbong utama pengusung syiar kemuliaan dalam hidup?
Kenapa harus memilih sisi buruk? Bukankah hanya Iblis yang sanggup tertawa di antara jerit dan tangisan?
Bandung, 2 September 2017
*Pria berdarah Minang ini merupakan alumni FE Universitas Andalas (1985). Menjadi penulis sejak mahasiswa. Kini setelah pensiun dari Bank Indonesia, menetap di Bogor dan berniat untuk lebih fokus menulis.
Baca Juga: