Narudin Mengajari Joshua Igho Menulis Puisi yang Benar
#KAWACA.COM – Di status facebook Redaksi Kawaca (8/11/2017) tentang “Tulisan Narudin yang Dianggap Penipuan oleh Dedy Tri Riyadi”, salah satunya, Joshua
Igho menulis komentar:
“Saya
nggak mampu membayangkan, murid-murid Narudin Pituin tersesat di jalan
yang sesat dengan mengikuti jejak gurunya yang amat sesat. Hahahaha.”
Kemudian di bawahnya, Narudin muncul merespon komentar
Igho:
“Wah,
baik, sekali lagi saya berkomentar. Untuk Dedy Tri Riyadi cukup.
Untuk Joshua
Igho, saya takkan mengkritik puisi Anda, hanya dua baris di bio FB Anda saja,
tertulis:
sepotong
bulan teriris cakrawala/
separuhnya
jatuh ke dasar samudera/
Dua baris puisi
di atas tak indah sama sekali.
Pertama, kata
"samudera" yang tepat sesuai KBBI "samudra". Kedua,
"sepotong bulan teriris cakrawala" berarti "bulan yang sudah
sepotong itu diiris lagi oleh cakrawala" dan "separuh dari sepotong
bulan yang sudah teriris itu jatuh ke dasar samudra". Maka, seperempat
bulan itu pun berarti terbagi dua lagi: sebagian di atas, sebagian tenggelam di
samudra. Sangat tidak logis, dan tidak indah. Tak memenuhi prinsip "dulce
et utile" (indah dan bermanfaat) Horatio.
Bandingkan dengan
dua baris berikut:
bulan
teriris cakrawala sepotong/
separuhnya
jatuh ke dasar samudra/
Nah, sekian.
Renungkanlah.”
Selanjutnya,
Igho membalas komentar Narudin:
“Terima
kasih kritik Anda. Nanti saya sampaikan juga kepada redaktur Kompas yang pernah
memuat puisi itu.”
Demikian,
selamat menilai. Barangkali balas-membalas komentar keduanya masih akan
berlanjut. (ss)