Indonesia adalah Kita dalam Foto Bersama Sastra Reboan
#KAWACA.COM - Foto bersama selalu menjadi ritual wajib di ujung setiap acara, termasuk pada acara Panggung Sastra Reboan 1 November 2017, Peluncuran Buku Indonesia
adalah Kita. Wajah-wajah para pengisi acara dan pengunjung terlihat satu
aura: keriangan. Demikianlah sastra, selalu memberi keriangan pada kita saat suntuk menjalani
rutinitas keseharian dengan profesi masing-masing.
Apa yang dikatakan Nadine
Gordimer menjadi benar bahwa sastra tidak hanya memberi “indah dan manfaat”,
namun juga bisa menyuguhkan hiburan dengan cara yang lain. Meskipun hiburan
dalam konteks dia, misalnya tragedi kemanusiaan, hiburan (bagi jiwa) yang
kemudian membuat kita menangis.
Sebelum sampai pada ritual foto-foto ini, acara diawali dengan genjrengan musik Wapres seperti
biasa. Sejumlah lagu mulai pop sampai campur sari mengalun mengiringi para tamu berdatangan, bersalaman saling menegur sapa dan
melempar senyum tanpa menyembunyikan
tangan.
Saat jarum jam menunjuk angka 8 malam, Budhi
Setyawan selaku MC senior acara Sastra Reboan menaiki panggung -yang kali ini sendirian- dengan gaya khasnya:
malu-malu dan senyam-senyum. Gaya yang sengaja dia ciptakan tiapkali naik
panggung untuk apa saja.
Nama demi nama dipanggil dengan riang untuk tampil. Ada A Slamet
Widodo, Asrizal Nur, Agus Santoso, Ni Putu Putri Suastini, Kurnia Effendi, Jose
Rizal Manua, RD Nano Anka, Eddy Pramduane, Dian Rusdi, Johan Edwar T,
Wayan Jengki Sunarta, Ahmad Setyo, Jeto San, Riri Satria, Maya Azezah, Muhlis Obenk, dan lain-lain.
Puisi demi puisi dibacakan berapi-api,
dan asapnya mengepul di meja-meja penonton. Sebagian besar mereka membawakan
puisi dari buku Indonesia adalah Kita. Buku antologi puisi para penyair
penjaga kebhinnekaan yang diluncurkan pada acara ini. Alexander Aur dan
Julia Utami selaku penggagas buku tersebut tampil sebagai pengulas dan
meluncurkan buku secara simbolis. Mereka berdua sepakat, bahwa buku ini
diterbitkan sebagai upaya para penyair Indonesia menjaga kesatuan bangsa
melalui puisi.
Acara yang luar biasa ramai. Di meja-meja penonton terlihat sejumlah
wajah, antara lain, Remy Novaris DM, Ayid Suyitno PS, Fanny Jonathan, Nani Tanjung, Sutarno SK, Dhe Sundayana Perbangsa, Arko Transept, Susi Sobuli, Dian Rusdiana, Riza Hamdani, Jaronah Abdullah, Bambang Widiatmoko, Rinidiyanti Ayahbi, Indra Kusuma. Terlihat juga sejumlah awak Sastra Reboan yang bisa hadir seperti iLenk Rembulan, A Slamet Widodo, Budhi Setyawan, Dedy Tri Riyadi, Dyah Kecono Puspito Dewi, dan Sofyan RH. Zaid.
Sebelum acara ditutup pada pukul 22.30 WIB, Dedy Tri Riyadi naik panggung
memperkenalkan buku
baru terbit berjudul Jejak Air Mata: Dari Sittwe ke Kuala Langsa. Sebuah buku puisi bersama para penyair WAG (WA Grup) Ruang Sastra yang mengusung tema anti
kekerasan kemanusiaan. Buku ini menurutnya akan diluncurkan pada akhir November nanti di
Jakarta.
Iya, sastra selalu
memberi keriangan, tidak hanya pada wajah-wajah dalam foto bersama, wajah
Indonesia adalah kita. Namun juga pada juru fotonya yang kadang lebih gaya dan
riang dari yang difoto.
Jakarta, 1 November 2017
Baca Juga: