Buku: Berlatih Solmisasi karya Dedy Tri Riyadi
Buku: Berlatih Solmisasi
karya Dedy Tri Riyadi
Judul: Berlatih
Solmisasi
Karya: Dedy Tri Riyadi
Penerbit: Basa Basi
Cetakan Pertama: Oktober
2017
Harga : 50.000,- Diskon
: 25% (37.500) Khusus Tanggal 1-30 November 2017
“Seperti kau yang ingin
menuntaskan cemas,
ia pun berhasrat
menunaikan gegas
perjalanan yang dimulai
dengan pertanyaan sendiri
:mau dan mampukah kau
berjalan sampai batas paling nyeri?”
Puisi dan Lagu
:Sekadar Catatan Pembuka
Sebelum kegaduhan kemenangan Bob Dylan
beroleh Nobel tahun 2016 ini, kami memang sedang asyik dengan lagu-lagu untuk
menciptakan
beberapa puisi. Berawal dari memikirkan
betapa dekat antara lagu dan puisi pada penulisan liriknya, pada penguasaan
metrum, dan bahkan
dalam tembang Jawa atau Macapat ada yang
dinamakan guru gatra.
Hubungan yang manis antara lagu dan puisi
membuat kami mempelajari struktur sebuah lagu, belajar bagaimana menciptakan
lagu, dan
mengambil perspektif yang berbeda dari lagu
yang kami dengarkan, atau berimajinasi tentang apa saja setelah mendengarkan
sebuah lagu,
melihat video musik, atau membaca lirik lagu
apa saja. Selain dari itu, ketika menggagas kumpulan puisi ini, kami berangkat
dari sebuah
pengertian bahwa hidup sesungguhnya hanyalah
suara-suara yang berada dan terdengar di sekitar kita. Bahkan dalam kitab suci
ditulis –
Pada mulanya firman – di mana firman itu
sendiri adalah suatu perkataan, suara.
Maka dalam kehidupan ini kita temukan juga
istilah pemungutan suara, ujaran suara rakyat adalah suara Tuhan, bahkan
penamaan surat kabar
pun ada yang menggunakan kata Suara, seperti
Suara Merdeka, Suara Karya, Suara Pembaruan, dan lainnya. Bahkan ada news
agency bernama
Voice of America. Suara terbaik – hemat kami
– tercermin dalam sebuah lagu atau puja.
Sebenarnya, puisi-puisi dalam buku ini adalah
kelanjutan dari apa yang telah kami kumpulkan lebih dulu dalam sebuah kumpulan
tersendiri
di mana kami ingin mengatakan hidup adalah
suara yang bergerak. Suara yang bertransformasi. Berpindah. Mengungsi. Kali
ini, berdasarkan
anggapan tadi, yang ingin kami katakan adalah
suara yang patut untuk kita dengar adalah suara yang telah menjadi.
Suara yang telah menjadi, adalah suara
terbaik. Sebuah puja atau lagu. Karena lagu disusun dengan baik, dari nada ke
nada. Diatur ada bagian
pembuka, jembatan, dan chorus yang
diulang-ulang. Atau sebuah doa di mana disusun dengan ucapan syukur, atau
salam, syafaat, janji iman,
doxology. Doa yang disusun dalam liturgi.
Lagu dan doa adalah sarana untuk mentransmisikan isi hati. Seperti itulah puisi
yang diinginkan oleh
kami. Meneruskan sesuatu yang memantik
terjadinya puisi kepada para pembacanya.
Kiranya begitulah alasan bagi puisi-puisi ini
untuk dilahirkan. Besar harapan kami, Majelis Pembaca sekalian bisa turut
merasakan sensasi
yang telah menggetarkan hati dan pikiran
kami. Meskipun – pastinya - akan banyak kekurangan dalam karya-karya puisi
dalam buku ini.
Dan untuk hal itu, kami memohon maaf
sebesar-besarnya. Anggaplah ini semua sebagai penghiburan bagi Majelis Pembaca
sekalian di tengah
mengarungi hidup yang makin pikuk ini.
Jakarta, 2017