Puisi-Puisi Irvan Mulyadie*
Di Kantor
Di kantor
Ruanganku sesunyi kubur
Tak kudengar kesucian ayat-ayat
Hanya cekat malaikat
Yang sayapnya patah berderak
Menahan beban dan jejak-jejak
Dosa manusia
Begitu banyak. Aku sendiri
Duduk gugup
Di antara kegelapan, di sepanjang
Bentangan nasib yang terpaku
Terpenjara di atas meja
Dan kursi bolong
Di kantor, kerjaanku menghitung umur
Menggambar cinta di lembaran kertas basah
Yang terlipat
Dan digenggam tangan jahat :
Zombi-zombi birokrasi!
Singaparna, 2017
Film Biru
Seorang pria gemuk, perlente
Berdesakan di antara antrian panjang
Sebuah gedung pertunjukan
Film biru akan diputar malam ini
Dengan tokoh seorang bandit
Koruptor berdarah lembu
Segumpal dompet tebal di saku celana
Menonjol di bokongnya
Ada juga sisir rambut yang mengkilap
Ada cincin batu akik di seluruh jari
tangannya
Ada tangan halus mulus bergelayut
Di pundaknya, dari arah belakang
Lelaki ganteng nan kemayu
Tanpa gincu
Pria gemuk dan lelaki
Ganteng kemayu
Untuk apa mereka nonton film biru?
Singaparna, 2016
*Lahir di Tasikmalaya 18 Maret 1981. Ketua Barak Seni Tasik, Direktur Forum Diskusi Kreatif Film Tasik (FORDISKRIFT), dan pegiat di Sanggar Sastra Tasik sejak 1999-sekarang. Menulis puisi, cerpen, naskah drama, esai, reportase budaya, pariwisata dan skenario film. Karya-karya tulisnya banyak dipublikasikan di media massa, dan buku puisi bersama. Dia dikenal sebagai “penyair sayembara”, karena seringnya menjuarai sayembara kepenulisan puisi. Buku puisi tunggalnya yang sudah terbit, Panututan Sebuah Kampung Kenangan (2014), Tembang Kembara (2008), serta buku puisi digital Kabar Waktu (2008), dan lain-lain. Kini menetap di
Tasikmalaya.
Baca Juga: