Puisi Pilihan Armen S. Doang
Oleh Armen S Doang*
Sum,
mengapa kau selalu berkata belum merdeka
sedang bendera merah putih sudah berkibar
di puncak tiang tanpa harus mengangkat
senjata.
Bahkan kau dapat menjemur kutang
dengan renda-renda berlubang
dan celana dalamku yang mulai kendur di
bagian pinggang,
tanpa khawatir dentum meriam.
Ingat Sum,
itu hanya alat menutup kemaluan,
kita masih tetap bisa membuat anak-anak
cerdas,
walau di atas kasur lipat malam bagai siang
dan bantal serupa bekas hujan.
Kau tahu,
orang kota menyebutnya sauna
dan mereka harus bayar mahal untuk itu,
sedang kita tak harus menggali lubang saku
dalam-dalam.
Itulah kemerdekaan,
keyakinan yang tidak digantung dalam pikiran
menumbuhkan kedamaian.
Apa kau lupa,
perut tak pernah lagi berperang dengan perih,
anak-anak berangkat sekolah dengan langkah
gagah,
dan kau masih bisa mengirim pesan singkat
tanpa harus mengirim surat di sela-sela
memasak.
Wangi-wangilah malam nanti,
aku ingin mengajak kau bersauna
karena kutangmu sedang berkibar-kibar dalam
pikiran.
Aku cinta kau, Sum
cinta bau lehermu yang bercampur minyak
kemasan
bekas menggoreng ikan asin kesukaanku
Setiap malam tubuh kita berselimut keringat,
karena kipas angin buatan Tiongkok
yang kita beli dengan potongan harga
tak mampu bertahan lebih dari delapan
bulan.
Kini, Sum
aku mulai belajar memegang senjata
:senjata yang lain
dan kita tak perlu lagi saling berkirim
pesan.
Selain garam sedang mahal,
aku tak ingin melihat percakapan
ditawan jari-jari tangan,
penjajah sudah masuk ke dalam kamar.
Bilamana lampu-lampu padam
dan anak-anak sudah terlelap,
waktunya kita menghirup kebebasan.
dan jangan lagi kau berkata
;kita belum merdeka
Bekasi, Agustus 2017
*Pencinta puisi dan burung. Puisi-puisinya
pernah dimuat sejumlah media, dan buku bersama, seperti Tifa Nusantara 3,
dan lainnya. Kini bergiat aktif di klub Puisi Film Indonesia dan tinggal di
Bekasi. (083894633110/ armensetiajiuntung@gmail.com)