Ingin Sukses? Jangan Abaikan Lambungmu! - Nila Hapsari
Ingin Sukses? Jangan Abaikan Lambungmu!
oleh Nila Hapsari*
oleh Nila Hapsari*
#Kawaca.Com - Lambung adalah
salah satu organ pencernaan yang peran utamanya sebagai penampung. Kantung
lentur berisi asam pekat ini dapat mengembung dan menampung makanan hingga 1,5
liter. Namun lebih dari itu, lambung sesungguhnya merupakan cermin keadaan
pikiran dan bahkan kesehatan mental dari “tuannya”.
Perasaan gusar,
takut, dan marah akan benar-benar mengganggu kegiatan pencernaan di lambung.
Saat kita pucat pasi karena takut misalnya, lambung pun ikut pucat karena
pasokan darah yang mengalir ke sana berkurang. Ketika kita marah, lambung pun
ikut memerah karena aliran darah ke sana membanjir. Lambung bahkan ikut bergejolak
kuat disaat kita melonjak-lonjak kegirangan. Ia adalah organ yang selalu
bersimpati pada perasaan tuannya.
Perasaan tegang
yang kerap muncul di saat kita mengalami stres dapat berdampak negatif pada
kegiatan pencernaan di lambung. Ini akan memicu reaksi lambung yang berlebihan,
yaitu memproduksi asam lambung lebih banyak dari jumlah normal. Cairan asam ini
bisa mengikis dinding lambung dan menyebabkan sakit maag yang ditandai dengan nyeri
pada bagian perut. Nyeri yang dirasakan adalah akibat terbentuknya luka kecil
pada dinding lambung. Ibarat luka pada kulit yang terkena asam cuka, nyeri
lambung bahkan lebih menusuk karena asam lambung (asam klorida) adalah jenis asam
yang pekat. Sebuah percobaan membuktikan asam lambung bahkan dapat mengikis
pisau silet yang terbuat dari baja. [1]
Menjaga lambung
berarti merawat agar dindingnya tetap utuh. Produksi asam lambung jangan sampai
berlebihan sehingga menyebabkan luka. Semakin kecil luka yang timbul pada
dinding lambung, semakin mudah pula luka tersebut sembuh. Begitu pula
sebaliknya. Selain tekanan pikiran, alkohol, nikotin, dan kafein adalah
beberapa faktor pemicu produksi asam lambung berlebih.
Kurangnya
perhatian terhadap lambung, tercermin dari gaya hidup kebanyakan orang di zaman
modern ini. Dr. Harldson Hoffen pernah mempresentasikan hasil risetnya terhadap
176 pekerja di depan lembaga Amerika untuk para dokter terkait hal ini. Lebih
dari sepertiga responden yang berusia rata-rata empat puluh tahun tersebut adalah
penderita satu dari tiga penyakit akibat ketegangan saraf, yaitu kerusakan
jantung, infeksi lambung, dan tekanan darah tinggi. [2] Fakta tersebut menyajikan
ironi, apakah orang yang membayar keberhasilannya dengan infeksi lambung dapat
dikatakan sebagai orang yang sukses? Mengumpulkan dunia dengan mengorbankan
kesehatan jelas bukan sebuah investasi yang cerdas.
Hasil riset
tersebut seperti membenarkan perkataan seorang pakar kesehatan, Dr. W.S. Fritz:
“Empat dari lima orang yang sakit tidak disebabkan oleh kerusakan fisik,
melainkan penyakitnya timbul dari ketakutan, gelisah, kebencian, ketidakmampuan
meyesuaikan diri dengan kehidupan, dan lain-lain.”[2] Berawal dari hal-hal tersebut,
memicu ketegangan saraf yang akan segera direspon oleh organ pencernaan,
khususnya lambung.
Sekali lagi,
lambung adalah cermin keadaan pikiran dan kesehatan mental kita. Sudah selayaknya
kita memberi perhatian yang cukup agar pada organ ini agar dapat menikmati
pelayanannya yang maksimal seumur hidup. Biasakan berpikir positif dan banyak
bersyukur, selain menjaga pola makan dan berolahraga agar lambung senantiasa
bekerja dalam “mood” yang baik. Ingat, kesuksesan hanya dapat dinikmati saat kondisi tubuh kita sehat.
*Penyair, penerjemah, dan alumnus Fakultas Biologi, Universitas Gajah Mada
Bahan bacaan:
[1] Hutapea, Albert. 2005. Keajaiban-Keajaiban dalam Tubuh Manusia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
[2] Al-Qarni, Aidh. 2004. Menjadi Wanita Paling Bahagia. Jakarta: Qisthi Press.
*Penyair, penerjemah, dan alumnus Fakultas Biologi, Universitas Gajah Mada